Bermalam di Pantai Ketapang



Setelah sekian purnama tidak dikayuh, akhirnya aku bisa kembali ke rutinitas bersepeda untuk menjadi personal yang lebih berbahagia dari sebelumnya. Okesip. Sebelumnya, banyak sekali bagian sepeda yang harus diganti karena rusak dimakan waktu apalagi ada setahun sepeda tidak digunakan hingga shock depannya mati tak bisa bergerak.

Tuntas memperbaiki sepeda dan juga sepertinya terpantau kalau aku sering berbagi foto bersepeda di media sosial, bang Anggilang pun menghubungiku dengan maksud untuk bersepeda jauh. Awalnya, ia mengajakku ke Taman Nasional Way Kambas (TNWK) karena dia belum pernah ke sana dan kebetulan akan diadakan festival tahunan, tetapi sayang karena salah satu teman yang dia ajak tidak bisa ikut, jadilah hanya kami berdua saja dan akhirnya memutuskan mengubah rencana untuk bersepeda ke pantai saja.

Pergi bersepeda lalu bermalam di luar rumah dan kembali di keesokan harinya adalah salah satu hal yang harus dicoba oleh semua orang karena ini sangat menyenangkan. Keesokan harinya kami pun janjian bertemu untuk bersepeda bersama menuju pantai Ketapang.


Pantai Ketapang adalah sebuah pesisir di kabupaten Pesawaran yang dermaganya selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan yang hendak menyeberang ke pulau-pulau di Teluk Lampung seperti pulau Pahawang, pulau Wayang, pulau Balak, pulau Kelagian, pulau Mahitam, dll. Memang, daerah ini menjadi kabupaten yang memiliki banyak wisata pulau andalan di provinsi Lampung dan meskipun telah bertahun-tahun tinggal di sini, baru pulau Kelagian saja yang pernah aku seberangi.

Rehat
Meskipun jaraknya kurang dari 30 km dari Teluk Betung, tetapi butuh waktu banyak bagi kami dalam menempuh destinasi bersepeda kami kali ini karena bentuk jalannya yang melintasi perbukitan. Sesekali kami berhenti untuk beristirahat lalu melanjutkan obrolan-obrolan tidak penting tetapi bisa menjadi hal yang menyenangkan.

Matahari sudah tenggelam

Setelah 3 jam lamanya menaiki dan menuruni bukit, kami pun tiba di Pantai Ketapang. Masih banyak kapal yang sibuk menepi menurunkan penumpang dari seberang serta bis-bis besar parkir di tepi jalan. Waktunya untuk beli keperluan bermalam lalu mencari tempat yang pas untuk bermalam.

Kami tidak membawa tenda waktu itu, sarung dan matras sudah cukup untuk bisa buat tidur jadi nyaman. Toh musim penghujan belum tiba dan ternyata tidak kami saja yang bermalam tetapi juga banyak pengunjung yang memanfaatkan momen ini untuk menghabiskan malam minggunya di pantai mumpung belum musim hujan.

Malam kami habiskan dengan berbicara banyak hal tentang ini dan itu. Ini juga karena sudah lama tidak bersua dengan Bang Gilang semenjak aku pindah mengajar di luar kota, dan ternyata tak cuma jago dalam hal bermusik dan meramu kopi, Bang Gilang juga jago dalam hal memasak.

Matras digelar, bahan masak ditata. Bang Gilang mulai menunjukkan kebolehannya. Tidak hanya soal musik dan kopi, ternyata Bang Gilang jago juga dalam hal memasak. Meskipun masakan yang dia buat adalah menu masakan sederhana tetapi nikmat tiada tara. Kalian harus coba.

Menu makan malam: makaroni dan telur orek ala Anggilang
Lagu-lagu pengunjung lain jadi hiburan kami malam itu, bersahut-sahut dari sisi-sisi pantai. Selain lagu-lagu yang dinyanyikan ramai-ramai tadi, bulan juga jadi primadona langit yang aku perhatikan selama menjelang tertidur. Sepertinya besok akan purnama. Sesekali juga aku terbangun dari tidur melihat langit mengubah latarnya yang tadi terang karena cahaya bulan berganti menjadi kelap-kelip bintang.



Masih pagi para pengunjung sudah sibuk berfoto.
Pagi tiba, belum sempat matahari menunjukkan dirinya, orang-orang sudah mulai ramai berdatangan berkumpul ke tempat kami. Ternyata mereka sedang menunggu matahari terbit dan memotonya. Keren juga, aku aja gak kepikiran kalau ternyata matahari akan muncul dari tempat kami tidur, hehehehe.



Sangking ramainya yang berfoto di dekat kami tidur, Bang Gilang yang semalam berencana akan bangun siang pun jadi terbangun lebih awal. Aku tertawa saja, karena sedari pagi juga aku sudah berkeliling untuk mencari foto dan ternyata pemandangan dari bukit di pantai ini sangat bagus.


Pantai Ketapang dari atas bukit.


Puas menikmati suasana pantai, kami pun mengemas semua barang dan bersiap pulang. Perjalanan pulang ini sepertinya bakal tambah menantang karena kami mulai saat pagi, Inilah sebenarnya alasan kenapa aku lebih suka bersepeda di sore hari dibanding pagi hari, karena saat pagi hari menjadi kian panas saat siang. Apalagi bang Gilang yang sepertinya lebih sering gowes malam. Tetapi berhubung sore nanti harus ke gereja, kami harus pulang pagi ini.


Comments

  1. Jadi ingat summer camp.. Main game d sana sama member2 lain nya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uwaw. Kejar-kejaran nempelin selotip bukan? Hahahaha

      Delete
  2. Wahhh keren sekali
    Sangat menginspirasi ☺️
    Sungguh memanjakan si pembaca melalui kata demi kata, serta suguhan gambar yang juga indah.
    Tulisan yang indah.
    Ku tunggu cerita selanjutnya.
    Sendi sehat semangat gowes yaa !
    Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih banyak ya atas apresiasinya, hohohoho, aku terharu :3

      Ayo hidup sehat!

      Delete
  3. Mmm jadi pengen bersepeda juga nii.. maen game di ketapang hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uih, harus dicoba. Itu main game kejar-kejaran sambil nempelin stiker bukan? hahaha

      Delete

Post a Comment

Tell me anything on your thought. Thank you.

You can also read this