Piknik ke Air Terjun Way Piton


Karena kopi yang saya bawa dari kota sudah habis, kalau tak salah kopi lanang Ulu Bulu, sengaja saya giling kasar agar bisa diseduh menggunakan vietnam drip. Dan ternyata, di rumah, ibu saya menyukai cara seduhan kopi tersebut. Lekas habislah stok kopi saya untuk seminggu jadi hanya beberapa hari.

Tius dan bapak ibu bang Rohim menjemur kopi

Saya pun menghubungi Bang Rohim untuk membeli kopi dengan gilingan kasar lagi. Kebetulan Bang Rohim yang belum lama memperoleh gelar sarjana pertaniannya ini memilih untuk kembali ke kampung halaman untuk serius merintis bisnis kopi robusta Liwa. Jadi, sekalian saja saya sempatkan singgah ke rumahnya untuk mengambil kopi.

Pasukan perjalanan kali ini: Bang Rohim, Narto, Tius, Rizal, saya

Setelah ngobrol panjang lebar di kediaman Bang Rohim, dia pun mengajak saya untuk 'ngopi piknik'. Tapi berhubung dia sedang puasa, jadinya piknik aja deh. hahaha.. "Sambil lihat-lihat kopi yang udah mau panen", kata dia. Ya saya hayuk hayuk saja, mumpung lagi di Liwa.

Buah kopi di pekon Way Ngison yang sudah memerah

Karena Bang Rohim belum punya tujuan bakal kemana, saya pun memberi masukan untuk piknik ke air terjun yang ada di daerah Way Ngison saja, tempat yang sudah lama tak saya kunjungi semenjak kenal kata "bolos" waktu zaman SMA. Penduduk sekitar menamainya Air terjun Way Piton I. Toh di sana ada banyak kebun kopi dan dia juga belum pernah ke air terjun tersebut. Tanpa pikir panjang bagaimana sebenarnya perjalanan menuju air terjun itu, akhirnya kami pun berangkat di keesokan harinya. Supaya lebih ramai, saya juga mengajak adik saya, Tius, Rizal dan Rizal yang hobi keluyuran sama dengan kami.

Mengintip derasnya air terjun Way Piton

Air terjun Way Piton berada di lereng perbukitan yang didominasi oleh pohon kopi warga di pekon Way Ngison, kecamatan Batu Ketulis, Lampung Barat. Jangan heran ya kalau di Lampung punya banyak nama tempat berawalan kata way yang berarti sungai/air. Menurut warga setempat, masih ada lagi air terjun di hilirnya, namanya air terjun Way Piton II, hanya saja akses menuju ke sana sangat sulit dan lebih berbahaya. Tak jarang jika berjumpa warga sekitar, mereka akan mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati lagi ketika mengunjungi air terjun tersebut.

Sudah ada jembatan bambu, tak perlu menyebrangi aliran sungai lagi

Dari kota Liwa, kita bisa menempuh sekitar kurang dari sejam ke arah Sekincau dengan berkendara motor sampai ke pertigaan pekon Way Ngison, sejam lagi untuk menempuh jalan tanah di pekon Way Ngison dan berjalan kaki menuruni air terjunnya. Sebenarnya kita juga bisa menempuh air terjun dengan kendaraan umum seperti angkot atau jasa ojek yang tersedia di pertigaan Way Ngison, hanya saja nanti biaya yang dikeluarkan pasti akan jadi sangat besar. Dengan bermodalkan kendaraan motor sendiri, kita cukup merogoh saku untuk hanya mengisi penuh tank bahan bakar motor. 

Salah satu desa yang kami lewati
Sesekali ojek manol kopi melintas

Akses menuju air terjun ini masih terbilang mudah... asalkan ban motor tidak terlalu gundul dan tidak saat hujan turun atau sehabis hujan karena aksesnya yang bertanah merah akan berubah menjadi becek dan licin. Ya, walaupun kenyataannya ban motor kami semua sudah gundul. hahaha..
 
Rumah pembangkit listrik

Dari simpang Way Ngison, kita akan melewati desa kecil yang sepi karena ditinggal oleh penduduknya, pergi memanen kopi sepertinya. Untuk sampai ke air terjun, setelah sampai di ujung jalan yang bisa dilewati motor, perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan kaki turun menuruni jalan setapak hingga menyebrangi sungai Way Piton yang sudah dipecah warga menjadi aliran irigasi. Jadi, warga sekitar sudah memanfaatkan aliran air sungai menjadi energi listrik sejak lama.

Air terjun Way Piton

Siang itu pun setelah menuruni anak tangga, kami pun tiba di air terjun Way Ngison. Teman-teman yang sudah lebih dulu mengeluarkan kamera sejak di atas air terjun tadi segera mencari posisi baru untuk mengabadikan derasnya air terjun.

Abang adik lagi akur

Setelah cukup lama menikmati dan mengabadikan momen di air terjun Way Piton, kami pun segera berkemas pulang karena langit kian gelap. Bisa makin susah nanti kalau hujan lebih dulu turun dan kami masih berada di air terjun atau pun di desa. Wah, gak bisa pulang nanti, men! Beruntung hujan tak kunjung turun, dengan kekuatan sepenuh raga kami pun bisa keluar desa dan pulang dengan aman. ;)

Rizal dengan gaya ala instagramnya.

Comments

You can also read this