Happy Hiking ke Talang Mulya, Gunung Betung

Menurutku, tinggal di Bandar Lampung adalah salah satu dari begitu banyak hal yang sangat menyenangkan yang bisa kupilih karena meskipun merupakan kota yang besar, dari sini aku bisa pergi ke tempat apa saja yang aku mau tanpa harus harus membutuhkan terlalu banyak waktu. Ke laut, pulau, kebun, atau bahkan gunung, semua sangat mudah dijangkau karena jaraknya yang dekat.

Gugusan Gunung Betung

Seperti minggu lalu, atas ajakan Yuvi, aku Okta berkesempatan menjajal mendaki jalur teropong bintang yang berada di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdurahman yang menjadi bagian dari Gunung Betung. Meskipun berada di kabupaten Pesawaran, jalur pendakian ini bisa ditempuh dari pusat Kota Bandar Lampung hanya kurang dari 15 menit dengan bermotor menuju desa Talang Mulya melalui kawasan wisata Batu Putu, Bandar Lampung.

Diimingi ada wanita yang pendaki, pria ini pun semangat empat lima untuk bergabung.

Pendakian jalur teropong bintang ini pun sudah bisa dimulai setibanya di ujung desa Talang Mulya, kecamatan Teluk Pandan. Jalur tersebut dinamakan demikian karena pernah direncanakan sebagai akses menuju lokasi teropong bintang yang sempat digadang-gadang akan menjadi pusat observarium terbaik bukan hanya nasional, melainkan se-Asia. Lalawa.

Terkikis waktu dan cuaca


Tanjakan mantap

Namun sayang tidak seribu sayang, seperti yang sudah kita tahu bahwa bergantinya pemimpin, maka berganti pula perencanaan dan programnya. Ditelusur dari beberapa media berita, pembangunan pun dihentikan dengan menyisakan jalan tanah merah yang sudah dilebarkan dari desa Talang Mulya sampai ke lokasi teropong bintang berada.

Beruntung semalam hujan membuat permukaan jalan menjadi lebih empuk


Lintasan yang dilalui sebelum akhirnya sampai di rumah Pakde Gito

Jalanan itu pun menjadi media yang sangat menantang untuk dilalui bahkan sesaat kami baru saja memulai pendakian. LANGSUNG NANJAK, CUY! Selama mendaki gunung dan menuruni lembah dan mandaki gunung lagi, terdapat begitu banyak pohon kopi yang tumbuh di segala penjuru bukit sejauh mata memandang dan tiba-tiba terlintas di benak: “Ini sih, sama aja macam lagi di Liwa. Cuma beda dinginnya aja.” hahaha. Berbeda sekali dengan jalur pendakian Gunung Betung yang berada di desa Wiyono, Gedong Tataan di mana banyak pohon kakao tumbuh lalu menuju rimba.

Desa Talang Keli

Jemuran kopi di Talang Keli, Gunung Betung

Menuju ke puncak sana

Kopi-kopi yang digulung di dalam terpal.

Hanya dalam waktu 2 jam, kami sudah bisa tiba di sebuah desa di puncak bukit bernama Talang Keli. Desa kecil ini hanya ditempati oleh beberapa keluarga yang sepertinya menjadi pengurus kebun kopi yang kami lihat di sepanjang jalan, dan rumah Pakde Gito Escobar menjadi destinasi dari hiking akhir pekan kali ini.

Halaman rumah Pakde Gito

Bandrek gula aren


Keluarga yang rutin berakhir pekan menikmati suasana Gunung Betung

Rumah dengan halaman luas yang dilengkapi meja dan kursi menghadap langsung ke Teluk Lampung tersebut biasa menjadi spot favorit para pengunjung yang baru saja tiba untuk melepas lelah atau menikmati santapan nikmat ala Dapur Pakde Gito. Sebenarnya di sana tersedia makanan-makanan rumah yang bisa dipesan langsung kepada Pakde Gito, bahkan bisa dipesan sebelum tiba di tujuan, namun karena hari itu cuaca sangat mendukung, maka kami hanya memesan semangkuk indomie rebus telur dan bandrek gula arennya sebagai asupan energi kami mendaki, karena sudah jelas bahwa...

indomie in the nature will never fail you~

Puas menikmati makanan nikmat di halaman rumah Pakde Gito, kami pun berpamitan untuk pulang. Beruntung hari itu masih mendung, sehingga kami tak perlu khawatir dengan panas matahari yang semakin menyengat saat hari kian siang, apalagi karena jalan yang kami lalui sangat terbuka, jauh dari pepohonan rindang bak di gunung-gunung yang pernah kudaki.

Bersama Okta, yang setiap difoto pasti merem.

Anjing yang ada di sekitar rumah Pakde Gito

Selain dilalui pendaki, jalur teropong bintang juga sering dilintasi para pemotor crosstrail di akhir pekan. Biasanya, mereka akan berkendara hingga ke air terjun yang berada di salah satu sisi perbukitan Gunung Betung.

Pengendara MX yang biasa melintas di jalur ini juga

Jalan pulang dan pergi

Sebagai orang yang lahir dan besar di Liwa, tempat seperti ini merupakan hal yang biasa, namun mendaki di jalur teropong bintang ini pun bisa menjadi pilihan beraktivitas di akhir pekan dan sudah pasti menjadi hal yang lebih seru karena dilakukan bersama teman-teman tanpa harus pusing-pusing memikirkan peralatan mendaki. Bondo wani ae.

Jadi, sudah ada yang berencana berakhir pekan mendaki menuju rumah Pakde Gito?

Comments

  1. Sekali saya main ke Lampung Selatan, tiga tahun yang lalu. Menurut saya 'layak huni' banget! Makanannya enak-enak, wisata alamnya pun lengkap. Dataran tinggi ada, pantai-pantainya aduhai cantik. Akan sangat menyenangkan apabila bisa main kesana lagi, hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, emang lengkap kan ya, gak jauh dari kota besar juga jadi mungkin ada banyak orang yang berkunjung ke sana. Tapi sebenernya, saya jarang sih kalo ke Lampung Selatan, cuma beberapa kali itu pun karena masih deket perbatasan dengan Kota Bandar Lampung.

      Delete
  2. Sya sudah pernah mendaki nya bang. Bahkan sampai ke arter talang rabun nyaa.. Tapi pulangnya ngojek hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, mantap betul. Aku belum pernah nih. Hiking kemarin itu aja karena diajakin. Mungkin lain kali bakal dicoba. Ya, kalo capek ya sama, mending ngojek, hahaha

      Delete

Post a Comment

Tell me anything on your thought. Thank you.

You can also read this