Audax Randonesia 400 di Solo bersama Babah Eky Julio

Menuju Klaten KM 75

Rasanya perlu sekali untuk menuliskan bagaimana aku bisa berpartisipasi dalam gelaran event ultra yang diadakan oleh Audax Randonesia di Solo pada Agustus 2024 lalu. Bersepeda sejauh 400 kilometer melintasi kota-kota di Jawa Tengah, start dan finish di Kota Solo. Atas ajakan Bang Eky, aku pun langsung mengiyakan dan segera medaftarkan diri sebelum kehabisan slot.

Gak pernah menyangka bahwa pada akhirnya aku bisa berkunjung kembali ke Kota Solo setelah sekian lama, apalagi berpartisipasi dalam gelaran event yang selalu ingin kuikuti, Audax Randonesia. Sejak selesai melakukan registrasi, hati begitu semringah tak karuan, menanti-nanti bagaimana nanti rasanya bersepeda di kota yang jauh ratusan kilometer dengan waktu yang dibatasi. 400 km dengan batas waktu (COT) 27 jam.

Rute 400 km yang kami tempuh waktu itu. Keliling Jateng!

Kami berangkat dari Bandar Lampung menuju Solo sejak H-3 dengan mobil Bang Eky, mengingat ia masih ada urusan pekerjaan di Jakarta, sehingga harus bermalam di sana dan keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Solo melalui jalan tol melintasi Kota Semarang. Berangkat dari Jakarta pada Kamis pagi, kami tiba di Kota Solo saat sore dan langsung menuju ke penginapan.

Hilux AKAP. Kendaraan kami dari Bandar Lampung menuju Kota Solo dan kembali.


Rak favorit di Lawson. 


Mengagumi Masjid Sheikh Zayed Solo sembari menunggu Bang Eky dan pak supir yang sedang Salat Jumat.

Setiba di Solo, kami mulai mempersiapkan segala yang dibutuhkan, mulai dari perlengkapan sepeda dan carbo loading. Sembari mengisi waktu luang sebelum hari H, kami juga menyempatkan diri untuk mengikuti acara gowes bersama yang diadakan oleh brand jersey ternama: Castelli, meski hanya kami berempat saja yang hadir di acara tersebut.

Masjid Agung Keraton Surakarta

Wajar saja, kebanyakan peserta Audax berasal dari Pulau Jawa dan mungkin baru akan tiba di Solo pada sore harinya sekaligus mengambil racepack di venue, berbeda dari kami berdua yang memang sangat ideal untuk tiba H-2 sebelum event karena datang dari seberang, apalagi via darat. Hehehehe.

Bersepeda berkeliling Kota Solo bersama Castelli saat H-1 event.

Keesokan harinya, aku sudah terbangun tepat pukul 4 pagi. Padahal aku sudah sengaja mengatur alarm pada jam 04.30. Pasti karena bawaan semangat untuk bertualang pada hari itu, kuisi dengan waktu yang luang dengan menonton anime sembari bersiap-siap menuju venue.

Jalan besar di tempat terpencil di Sukoharjo.

Jam 5 tepat, kami memulai perjalanan dengan garis start dan finish di Ramada Suites Hotel, tak jauh dari tempat kami menginap. Audax Solo 400 km melintasi kota-kota di Jawa Tengah, mulai dari Solo menuju Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Salatiga, Gubug, Purwodadi, Sragen, dan kembali ke Solo. Semua benar-benar melewati daerah paling asing yang sama sekali belum pernah dikunjungi sebelumnya kecuali Solo itu sendiri.

400 km itu kami tempuh dengan kayuhan ternyaman yang bisa kami lakukan berdua. Baik buat Bang Eky maupun diriku sendiri. Bagaimana pun, tahan berada di atas sepeda adalah kunci bagaimana bisa menempuh jarak sejauh itu dalam waktu yang sudah dibatasi, tidak harus kebut meski kondisi badan kami sangat prima di awal perjalanan. Manajemen waktu sangat-sangat harus dipertimbangkan dalam bersepeda agar tidak berlama-lama saat berhenti, kecuali untuk makan besar dan buang air, atau sekadar merebahkan badan jika sudah benar-benar lelah atau mengantuk.

Beberapa hal yang biasanya menjadi acuan saat mengikuti event ultra:
1. Jangan jajan atau membeli makanan di minimarket/warung yang menjadi checkpoint saat ramai, apalagi saat di CP 1. Biasanya, bakal banyak peserta yang berbelanja sehingga mengakibatkan antrean.
2. Bawa makanan yang mudah dikemas dan bisa dinikmati sembari mengayuh, agar tidak perlu menghabiskan waktu untuk membeli makanan, dan makanlah secara teratur paling tidak 2 jam sekali agar terhindar dari bonking (kehabisan sumber energi saat beraktivitas). Selama di Solo, aku membawa banyak arem-arem yang disediakan panitia sebagai bekal selama perjalanan, sehari sebelumnya juga kami sudah menyiapkan onigiri yang kami beli di Lawson.
3. Kenali detak jantungmu dengan mempelajari zona denyut jantung. Salah satu upaya agar daya tahan dalam bersepeda jarak jauh terjaga dengan baik adalah dengan menjaga detak jantung tetap di zona 2 atau 3.

Tanjakan curam di siang bolong menuju puncak Bukit Bundelan.

Tidur siang sebagai recovery di KM 130

Satu yang terunik dari 3 kali berpartisipasi dalam event Audax Randonesia adalah penentuan rute, 400 kilometer yang telah kami tempuh benar-benar menawarkan pengalaman yang sangat menyenangkan, hampir sepanjang jalan, paling tidak bagiku, membuat aku penasaran dengan kejutan-kejutan rute yang akan kami lintasi. Apa saja ada dan syahdu sudah pasti.

Better prepare, unsupported, just ride.

Angin kencang, panas terik, tanjakan curam, atau lalu lintas yang ramai sudah pasti jadi bagian dalam bersepeda di manapun, tetapi melintasi kawasan hutan perhutani dalam gelap, menanjak di tumpahan karamel, atau mencapai satu kota ke kota lainnya pada malam hari sampai matahari kembali terbit jadi tantangan yang ngeri-ngeri sedap.

Kota Boyolali

Menjelang malam, bersepeda jadi semakin terasa sulit hanya untuk menjaga kecepatan agar tetap stabil dan efisien. Belum lagi Bang Eky yang ternyata belum pernah bersepeda saat malam bahkan larut. Tidak ada obat khusus untuk kami konsumsi selama menempuh sisa perjalanan di saat malam. Power nap menjadi salah satu teknik yang kami lakukan berulang dan bergantian agar tidak mengantuk dan tetap fokus di perjalanan yang syukurnya sudah begitu sepi.

Tidur sembari menunggu Bang Eky menikmati makanannya di KM 320


Para peserta di CP terakhir KM 350.

Berangkat pukul 5 pagi dengan melalui 7 Control Point, akhirnya 400 km berhasil kami berdua lalui dalam waktu kurang lebih 25 jam 30 menit (under COT). Waktu yang sempat kukira tak mungkin, mengingat sepanjang malam kami harus bergantian melakukan power nap untuk menghilangkan kantuk dan lelah. I had been riding all day and night with him and he just made it like a mission impossible. Gokil! 

Medali audax ketigaku. Surakarta UCC 400.


Comments

You can also read this