Sekura Mit Kota: Parade Budaya Lampung Krakatau Festival 2018

Aku di Krakatau Festival 2018. (Foto oleh Endang Guntoro Canggu on Instagram)

Siapa yang tak kenal dengan nama Krakatau. Gunung api yang terkenal seantero jagat yang mencuat ke atas dari dasar laut di selat Sunda. Kini, Krakatau menjadi nama hajatan besar di Lampung yang selalu diadakan tepat pada saat gunung ini meletus dan akhirnya melahirkan anak gunung Krakatau, yaitu 26 Agustus. Acara besar ini pun menjadi acara yang selalu aku saksikan setiap tahunnya sejak tinggal di Bandar Lampung.
 
Pasukan gajah dari Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.
    
Kali ini, aku menyaksikan Krakatau Festival dengan cara yang berbeda. Aku muncul menjadi salah satu budaya yang paling iconic di Lampung Barat. Di beberapa artikel sebelumnya aku bercerita menjadi sekura saat pesta sekura lebaran kemarin. Kini, aku menjadi sekura lagi di pesta besar provinsi Lampung. Maka jadilah, sekura mit kota (sekura pergi ke kota). Tak ada yang sadar kalau aku menjadi sekura dalam acara tersebut, kecuali teman-teman dari Lampung Barat. Itu pun karena aku yang membiarkan mereka tahu.
  
Muli.
   
Aku berbaur dengan para peserta parade. Sesekali juga aku berinteraksi dengan warga yang menyaksikan parade. Sebagian dari mereka kenal dengan kostum yang aku kenakan, dan sebagian tidak. Ada yang bertanya tentang kostumku, ada juga yang takut. Mungkin karena memakai topeng. Ada banyak juga teman-teman yang ku temui, aku kerjai karena mereka tak mengenali siapa yang sedang mengusili mereka.
 
Pengantin pria dari Way Kanan.

Berkeliling dan memotret menjadi sekura adalah salah satu dari banyak sekali hal menyenangkan yang akhirnya bisa aku lakukan. Ini merupakan kejadian yang jarang sekali terjadi dimana sebenarnya bila ingin melihat sekura muncul, kamu harus datang ke Liwa saat hari raya Idul Fitri.
  
Muli dari kontingen Tanggamus.
  
Ada banyak acara yang disuguhi dalam kemeriahan festival tahunan ini, seperti parade budaya, perjalanan ke Krakatau, festival layang-layang, festival seni, dan yang terbaru yang tak sempat aku kunjungi keseruannya Festival Kanikan (Festival Makanan).
  
Ragam kekayaan budaya di provinsi Lampung pun selalu ditampilkan oleh setiap kontingen kabupaten, mulai dari adat budaya, pencak silat, hingga hal-hal yang belum pernah dikenal oleh masyarakat Lampung itu sendiri.
 
Penampil dari kabupaten Lampung Timur.
   
Tak ketinggalan juga, gajah-gajah yang didatangkan langsung dari Taman Nasional Way Kambas yang menurutku ini adalah salah satu hal yang membuat Krakatau Festival menjadi sangat berbeda dengan festival-festival dimana pun. Di akhir acara, Lampung Barat menjadi juara 1 Parade Budaya Lampung Krakatau Festival tahun ini. Mati kantab!
 
Muli melinting.
 
Menunggu parade dimulai.
 
Lelaki pembawa seserahan.
 
Senyum tapis.
 
Perempuan pejuang.
 
Muli-muli sikop (Gadis-gadis cantik)
 
Pengantin adat Lampung Saibatin (merah) dan Lampung Pepadun (putih).
 
Rojali (Rombongan jak Liwa).
 
Ratu diarak.
 
Sajian tari dari kabupaten Lampung Barat, peucaaaaah!

Busana Etnik Tapis karya teman SMPku, Dedi Edwin.

Gadis-gadis memakai celugam di kepala, motif khas Lampung Barat.

Menari.


Rojali.

Ramai!






Comments

  1. Keren fotonya juga ceritanya. Kok ga ditulis dlm bahasa Inggris?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, bro! Pingin sih, cuma perasaan interaksinya kurang, mungkin karena lebih banyak dikunjungi sama orang Indonesia aja paling ya, jarang dibaca sama bule, hahaha

      Delete
  2. Keren orangnya dan yang komenya, seminung bro buat cerita juga geh, biar fajar nyesel hehhee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini Ismu apa Aris? Kalau cerita yang di Seminung udah ada dong, di artikel sebelumnya. Okta pasti iri, tentunya.

      Delete
  3. Replies
    1. Terima kasih, Bang Ropisan. Salam rumah bubble dan takoyaki STKIP!

      Delete

Post a Comment

Tell me anything on your thought. Thank you.

You can also read this