Siapa yang tak kenal dengan nama Krakatau. Gunung api yang
terkenal seantero jagat yang mencuat ke atas dari dasar laut di selat
Sunda. Kini, Krakatau menjadi nama hajatan besar di Lampung yang selalu
diadakan tepat pada saat gunung ini meletus dan akhirnya melahirkan anak
gunung Krakatau, yaitu 26 Agustus. Acara besar ini pun menjadi acara
yang selalu aku saksikan setiap tahunnya sejak tinggal di Bandar
Lampung.
Pasukan gajah dari Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.
Kali ini, aku menyaksikan Krakatau Festival dengan cara yang berbeda. Aku muncul menjadi salah satu budaya yang paling iconic
di Lampung Barat. Di beberapa artikel
sebelumnya aku bercerita menjadi sekura saat pesta sekura lebaran
kemarin.
Kini, aku menjadi sekura lagi di pesta besar provinsi Lampung. Maka
jadilah, sekura mit kota (sekura pergi ke kota). Tak ada yang sadar
kalau aku menjadi sekura dalam acara tersebut, kecuali teman-teman dari
Lampung Barat. Itu pun karena aku yang membiarkan mereka tahu.
Muli.
Aku
berbaur dengan para peserta parade. Sesekali juga aku
berinteraksi dengan warga yang menyaksikan parade. Sebagian dari mereka
kenal dengan kostum yang aku kenakan, dan sebagian tidak. Ada yang bertanya tentang kostumku, ada juga yang takut. Mungkin karena memakai topeng. Ada
banyak
juga teman-teman yang ku temui, aku kerjai karena mereka tak
mengenali siapa yang sedang mengusili mereka.
Pengantin pria dari Way Kanan.
Berkeliling
dan memotret menjadi sekura adalah salah satu dari banyak sekali hal menyenangkan yang
akhirnya bisa aku lakukan. Ini merupakan kejadian yang
jarang sekali terjadi dimana sebenarnya bila ingin melihat sekura
muncul, kamu harus datang ke Liwa saat hari raya Idul Fitri.
Muli dari kontingen Tanggamus.
Ada
banyak acara yang disuguhi dalam kemeriahan festival tahunan ini, seperti parade budaya,
perjalanan ke Krakatau, festival layang-layang, festival seni, dan yang
terbaru yang tak sempat aku kunjungi keseruannya
Festival Kanikan (Festival Makanan).
Ragam kekayaan budaya di provinsi
Lampung pun selalu ditampilkan oleh setiap kontingen kabupaten, mulai dari
adat budaya, pencak silat, hingga hal-hal yang belum pernah
dikenal oleh masyarakat Lampung itu sendiri.
Penampil dari kabupaten Lampung Timur.
Tak ketinggalan juga, gajah-gajah yang didatangkan
langsung dari Taman Nasional Way Kambas yang menurutku ini adalah salah
satu hal yang membuat Krakatau Festival menjadi sangat berbeda dengan
festival-festival dimana pun. Di akhir acara, Lampung Barat menjadi
juara 1 Parade Budaya Lampung Krakatau Festival tahun ini. Mati kantab!
Muli melinting.
Menunggu parade dimulai.
Lelaki pembawa seserahan.
Senyum tapis.
Perempuan pejuang.
Muli-muli sikop (Gadis-gadis cantik)
Pengantin adat Lampung Saibatin (merah) dan Lampung Pepadun (putih).
Rojali (Rombongan jak Liwa).
Ratu diarak.
Sajian tari dari kabupaten Lampung Barat, peucaaaaah!
Terima kasih, bro! Pingin sih, cuma perasaan interaksinya kurang, mungkin karena lebih banyak dikunjungi sama orang Indonesia aja paling ya, jarang dibaca sama bule, hahaha
Keren fotonya juga ceritanya. Kok ga ditulis dlm bahasa Inggris?
ReplyDeleteTerima kasih, bro! Pingin sih, cuma perasaan interaksinya kurang, mungkin karena lebih banyak dikunjungi sama orang Indonesia aja paling ya, jarang dibaca sama bule, hahaha
DeleteKeren orangnya dan yang komenya, seminung bro buat cerita juga geh, biar fajar nyesel hehhee
ReplyDeleteIni Ismu apa Aris? Kalau cerita yang di Seminung udah ada dong, di artikel sebelumnya. Okta pasti iri, tentunya.
DeleteNtaps jiwaa
ReplyDeleteTerima kasih, Bang Ropisan. Salam rumah bubble dan takoyaki STKIP!
DeleteTerima kasih sudah singgah ;)
ReplyDelete