Piknik Naik Kereta ke Kotabumi

Berkereta adalah salah satu dari banyak hal yang paling aku sukai jika bepergian. Bahkan selama di Jawa, aku sering melakukan perjalanan dengan berkereta. Sedangkan di Lampung, aku baru sekali naik kereta beberapa tahun yang lalu, dari stasiun Tanjung Karang, Bandar Lampung menuju stasiun Kertapati, Palembang.

Patung kereta pengantin di Taman Sahabat, Kotabumi.

Sebenarnya, naik kereta masih menjadi hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Lampung, mungkin hanya mereka yang di Bandar Lampung atau di beberapa daerah saja yang menggunakan transportasi massal ini. Dari 15 kabupaten dan kota, hanya 1 kota dan 4 kabupaten saja yang terhubung, seperti kota Bandar Lampung, Pesawaran, Lampung Tengah, Lampung Utara dan Way Kanan lalu berujung di Palembang. Sedangkan di kampungku, Liwa, di sana  tak ada kereta, adanya cuma kerita (dalam bahasa Lampung artinya sepeda).

Ifa, Ola dan Winda: wajah-wajah yang baru ngerasain naik kereta 😁

Berawal dari niatku untuk mengajak salah satu member Rumah Inggris, Winda, yang ketahuan belum pernah sama sekali naik kereta. Sekalian aku juga mau coba berkereta dari Bandar Lampung ke Kotabumi, Lampung Utara. Di luar dugaan, ternyata ada banyak teman-teman Rumah Inggris yang juga pingin ikutan ke Kotabumi naik kereta. Mantap ini!

Tiket kami.

Pada hari Minggunya, pagi-pagi sekali kami sudah berada di stasiun Labuan Ratu untuk membeli tiket karena tiket hanya bisa dibeli di hari keberangkatan dan kereta berangkat pada jam 06.30 WIB. Dengan Rp10.000,- per tiketnya, kami berenam -aku, Okta, Loren, Ola, Ifa dan Winda- sudah bisa ke Kotabumi dengan menaiki KRD Seminung. Sebenarnya ada 2 teman lagi -Rafif dan Agung- yang mau ikut, sayangnya mereka datang terlambat, jadi mereka menyusul dengan menggunakan bis.

Menaiki kereta KRD Seminung
KRD Seminung
Suasana di dalam KRD Seminung.
Kereta KRD Seminung pun tiba, para penumpang berbondong-bondong menaiki gerbong kereta. Karena akhir pekan, kereta pun ramai dipenuhi oleh penumpang. Sebagian penumpang termasuk kami pun jadi harus berdiri tak kebagian tempat duduk, ada juga yang duduk di lantai dan sesekali harus berdiri setiap kereta menaikkan atau menurunkan penumpangnya. Kereta pun jalan, si Winda yang gak pernah naik kereta itu pun akhirnya pernah naik. Mission achieved!

Pemandangan dari jendela.

Anak-anak bisa bermain di kereta.


Selepas dari Bandar Lampung, pemandangan dari jendela mulai tampak menyegarkan, mulai dari sawah, sungai, perkebunan dan perkampung kecil, ditambah lagi karena masih pagi sekali, cahaya matahari membuat warna-warna alam di luar sana menjadi sangat menyegarkan.

Berlari.

Kereta babaranjang melintas.
Dari stasiun Labuan Ratu, KRD Seminung akan melewati 11 stasiun dan sesekali harus berhenti di stasiun yang berel ganda karena ada kereta yang memuat batubara atau babaranjang (batu bara rangkaian panjang) melintas, membawa batubara dari Muara Enim Palembang ke Tarahan Lampung.

Tiba di stasiun Kotabumi.

Sesampainya di stasiun Kotabumi, salah satu dari kami mengecek tiket pulang. Ternyata tiket kereta pulang bisa diperoleh siang hari. Kami berjalan kaki menuju Taman Sahabat untuk bertemu dengan 2 teman yang ikut ke Kotabumi dengan menggunakan bis. Sambil menunggu siang nanti, kami pun memutuskan untuk berkunjung ke rumah salah satu teman kami, Agung di Rejosari, sembari beristirahat, maklum cuaca pada hari itu terik sekali.

Salah satu masjid di Kotabumi.

Taman Sahabat, Kotabumi.

Taman Sahabat, Kotabumi.

Menjelang siang, waktunya membeli tiket di stasiun supaya bisa pulang dengan berkereta lagi. Apadaya, tiba di sana, tiket telah habis. Kereta lainnya untuk jurusan Bandar Lampung pun sedang bermasalah. Akhirnya, mau tak mau kami pun pulang dengan kendaraan alternatif, naik bis. Diantar oleh abangnya Agung, kami diantar ke loket bis Puspa Jaya, armada bis yang sering digunakan oleh masyarakat Kotabumi. Beruntung, walaupun ramai penumpang yang ingin membeli tiket bis, kami masih kebagian tiket untuk pulang. Mungkin sebagian dari mereka yang hendak menaiki bis hari itu sama seperti kami yang tak kebagian tiket kereta.

Patung penari berkostum baju tradisional adat Lampung.

Comments

  1. Wah, bagus keretanya. Kalau saya perhatikan, desain interiornya beda sekali dengan kereta yang di Jawa. Untuk ukuran kereta jarak dekat, itu mah sudah bagus banget dibanding di sini. Atau mungkin karena yang di Jawa sudah lama beroperasi ya ^^"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, benar. Emang agak beda, pernah naik kereta dhoho (Tulungangung-Kediri) dan terasa bedanya. Tapi sepertinya kereta yang kami naikin ini kereta model baru deh, soalnya seperti kursinya lebih bagus dibanding waktu aku naik kereta di tulungagung :D

      Delete
  2. Ternyata kereta nya bagus juga ya, mirip-mirip lah dengan kereta api Jenggala (Mojokerto-Sidoarjo) di Jawa Timur.
    Emang kalo di sana bisa dibeli jauh-jauh hari enggak sih? Soalnya yg aku tau sih semua kereta api jarak dekat bisa dibeli mulai 7 hari sebelum keberangkatan. Kalo emang bisa sih mending belinya jauh-jauh hari aja, ya biar enggak dapet berdiri atau kehabisan tiket.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, ada juga ya kereta antara 2 kota itu, aku baru coba kereta Kediri-Tulungagung, Dhoho kalau gak salah, itu pun karena kebablasan, haha. Nah, di sini tiket kereta cuma bisa diperoleh di hari keberangkatan doang, makanya udah pagi-pagi banget jadi harus balapan dengan penumpang lainnya. Waktu itu karena kesiangan juga sih sebenarnya. Nah, tapi kalau kereta jarak jauh seperti kereta Rajabasa, bisa dipesan dari jauh hari.

      Delete
  3. Makin metropolitan aja Kotabumi keliatannya

    ReplyDelete

Post a Comment

Tell me anything on your thought. Thank you.

You can also read this