Penghujung Hari di Tengah Kota


Tak ada yang menyangka sore akan jadi adiwarna, memancarkan warna-warni senjanya saat ditinggal sang matahari untuk rehat.

Kadang-kadang, hari begitu cerah membiru tanpa awan, namun jelang matahari berpamit, awan kian menebal menjadi gelap sebelum malam tiba, atau bisa saja langit mendung sepanjang hari, namun seketika itu, sore jadi nampak terlalu berharga untuk tidak diacuhkan.

Sama dengan senja pada babak kali ini, kami sama-sama tak begitu peduli, tak menyangka bahwa langit sedang membuat pertunjukan menebar pesonanya.

Dia, seorang teman yang begitu jarang keluar rumah di saat waktu-waktu berharga seperti ini, pun terdiam duduk di atas batu kapur di sebuah bukit sekarat di tengah pemukiman kota. Bersamaku.

Aku berdiri saja di belakangnya ikut melihatnya hening. Dia terhipnotis.

*Catatan dari Bukit Klutum, 162 minggu yang lalu.

Comments

  1. Lampung itu salah satu propinsi di Indonesia yang saya paling penasaran, karena jaraknya relatif dekat dengan Jakarta tapi selama belasan tahun saya hidup di ibukota masih belum kesampaian juga berkunjung ke Lampung. Setidaknya untuk saat ini saya bisa mengumpulkan inspirasi dari postingan di blog ini. Selalu suka dengan foto-fotonya!

    ReplyDelete

Post a Comment

Tell me anything on your thought. Thank you.

You can also read this