Perihal menghadiri undangan pernikahan
mantannya temannya di masa SMA, Okta pun mengajakku untuk bertolak ke kota yang terkenal dengan seni beladiri debus dan pantai Anyernya, yaitu Serang, provinsi Banten. Di hari yang sudah kami tentukan, kami pun berangkat menggunakan motor kesayanganku dan selama di sana kami sempat menginap di pondok pesantren tempat Okta menyelesaikan masa aliyahnya sebagai santri.
|
Wadah informasi tentang Curug Gumawang di dunia maya |
Sebenarnya tak ada referensi destinasi yang tercatat selama ini jika seandainya pergi ke Banten, kecuali pantai Anyer. Itu pun ku tau karena sudah sering sekali ku dengar di kalangan pesepeda di Lampung yang sudah pernah atau berencana bersepeda jarak jauh, dan lagi-lagi pantai itu sering menjadi destinasi bersepeda. Jadi berhubung selama ini juga hanya di Lampung saja, sekali-kali berakhir pekan di luar kota gak kenapa-kenapa, kan.
|
Mbak dan sepupu-sepupunya Okta yang ikut ke curug |
Seusai menghadiri undangan pernikahan, kami pun berencana untuk pergi. Belum tau mau kemana, bersyukur waktu itu ada sepupu Okta yang mau menemani kami berkeliling, Adam namanya. Adam bilang, "Kita pergi ke Curug Gumawang aja ya, A". Tanpa banyak tanya kami ikut saja.
Setelah setengah jam menempuh jalanan desa, kami pun tiba di desa yang lumayan jauh dari tempat kami menetap, desa Padarincang namanya. Dari desa itu, kami menempuh lagi jalan kecil sampai ke tempat yang disediakan untuk memarkirkan motor. Dari sana, kami harus berjalan kaki lagi. Cukup seru dan berisik waktu itu karena tak hanya kami bertiga, Okta juga mengajak mbak dan sepupunya untuk turut serta. Bisa dibilang mereka sedang reuni setelah cukup lama tak berjumpa.
|
Menyeberangi sungai |
Menuju curug ini ternyata tak sulit, setelah menyeberangi sungai, perjalanan pun dilanjutkan dengan menyusuri jalur di kaki bukit tanpa harus melalui tanjakan atau turunan yang berarti. Banyak sekali pohon tangkil yang bisa dijumpai di jalan. Baru ingat, ternyata Okta pernah bilang kalau di Serang kulit tangkil memang sudah menjadi bahan utama jajanan khas di sana. Kulitnya sering diolah menjadi keripik.
|
Anak-anak Mengkuliti tangkil |
|
Keripik Kulit Tangkil yang dijual di sekitar curug. Harganya Rp 1000 doang! |
Setelah berjalan kaki 15 menit lamanya, akhirnya derasnya curug Gumawang pun terlihat. Sudah ada banyak orang yang sedang foto-foto atau mandi di bawah curug. Oiya, lupa kalau hari itu adalah weekend. Sebelum masuk ke curug, kami telah membayar tiket dua kali dengan harga per tiket Rp 5000,-. Cukup membingungkan bagi saya, kenapa gak sekalian 1 tiket seharga Rp 10.000,- saja?
|
Curug Gumawang |
"Nah, ini namanya curug Gumawang, A. Tingginya sampai 40 meter. Gak cuma dari Serang, orang Jakarta juga sering datang ke sini", kata Adam. Sama seperti Lampung, ternyata ada banyak curug yang bisa dijumpai di Banten, dan curug ini adalah salah satunya yang sering dikunjungi karena aksesnya yang mudah. Curug
Gumawang atau
Cigumawang berada di desa
Padarincang, kabupaten Serang, Banten. Curug ini bisa ditempuh kurang
lebih 1,5 jam
menggunakan kendaraan pribadi dari Serang kota. Nama Gumawang sendiri
berasal dari bahasa Sunda "bawang". Masyarakat sekitar pun menamai
demikian karena derasnya aliran curug terlihat seperti bawang.
|
Sampah-sampah pengunjung dikumpulkan di sini |
|
Ada toilet atau ruang ganti |
|
Pondok-pondok di sekitar curug |
Menurut masyarakat sekitar yang berjualan di sana, curug ini biasa digunakan untuk kegiatan olahraga panjat tebing,
berkemah dan outbound. Konon, air di curug ini pun dipercaya bisa menyembuhkan
berbagai penyakit dan jika sepasang kekasih datang ke tempat ini diyakini bisa jadi berjodoh, katanya.
|
Curug kecil di sekitar air terjun |
Puas memandang, mengambil gambar sambil makan keripik tangkil atau mandi-mandi di bawah curug, kami pun bergegas pulang karena hari semakin gelap. Tak lupa, kami membeli cukup banyak keripik tangkil yang dijual di sana sebagai oleh-oleh buat teman-teman di Lampung, biar mereka bisa cicip juga, soalnya di Lampung gak ada, hehe. Walaupun hanya sebentar di Serang, akhirnya kami sempat mengunjungi tempat yang kata Adam adalah salah satu tempat hits di Banten. Kan lumayan buat bahan postingan blog.
|
Jauh-jauh dari Lampung harus foto di sini juga, geh |
|
Curug Cigumawang atau Gumawang, Padarincang, Serang, Banten |
Cocok buat main air (asal nggak peduli sm air coklatnya :D). Klo buat obyek foto menurutku kurang wow gitu.
ReplyDeleteAnyway, tangkil itu melinjo toh? yg biasanya buat emping itu?
Bener mas, ini juga karena musim hujan jadi debit airnya lebih deras. Itu juga aliran air di bawahnya dipersempit supaya jadi kolam buat mandi-mandi :D
DeleteYup! Betul mas, tangkil melinjo sama saja, buat bikin emping juga, hehe